jelicious
the unspoken(s)~
Minggu, 18 Agustus 2013
Langit Vanilla: Tentang Perspektif (Orang)
Langit Vanilla: Tentang Perspektif (Orang): Sembari nungguin Adek yang sedang nonton, saya mengeksiskan diri di perduniamayaan. Kebetulan membaca status seorang sahabat, yang saya ta...
Sabtu, 13 Juli 2013
(bukan) Surat Cinta (tapi ini) untuk ( dan tentang) Kastil ♥
( harusnya)
Tertanggal 12 Juli 2013
Masih
adakah dalam ingatanmu?
Masih
teringat dalam waktu itu ; aku bernyanyi dengan semangatmu, kaupun berlari
dengan semangatku...
Saat
bersama kisah lugu itu, suka-duka-lara hari yang biru
Sekilas
cerita terpatri begitu saja; kisah aku-kau-dan kita sahabat s’lamanya...
Ku
‘kan bercerita pada dunia...
Sembilan,
kita pelangi yang jaya
Bersama
raih bahagia nyata
Sembilan,
kita adalah keluarga
Semoga
aku, kau, dan kita meraih cita kita...
itu lirik lagu
brooh. Yang bikin temen gue namanya Yorits Mexdianto tralala-trilili. Dia men-judul-inya
dengan Aku, Kau, dan Kita ( Sembilan). Lagu ini sekarang menjadi lagu kebangsaan
KASTIL, 9th Generation of KUSMANSA Pemali. Kece banget kan kita punya lagu
sendiri :p
Oke guys, adakah
diantara kalian yang bertanya- tanya tentang tulisan di pojok kanan atas?
Misalnya “kok pake (harusnya) sih?” gitu, ada ga? Yahhh ga adaaa :”(
Perlu lo tau guys,
gue nulis kaya begitu bukan buat pajangan sama aksesoris doang, tapi karena
tanggal itu tuh berarti banget buat gue. Kenapa? Simak cerita singkat gue ini
ya, bentaaaaar aja oke ;)
5 tahun silam, 12
Juli 2008, menjadi tanggal penting buat sejarah kehidupan gue. Karena pada hari
itu, gue resmi ‘diusir’ dari rumah gue dengan dianter emak gue sendiri, hiks
sedih banget kaaan? Sedih dong pliiiiis... Apalagi kan saat itu gue masih baru
banget tamat SMP, masih unyu dan butuh kasih sayang orang tua (plakkkk)
Emak gue waktu itu
nganterin gue ke sebuah desa yang namanya aneh banget, belum pernah gue denger,
dan kalo salah sebut artinya berubah jadi ga boleh disebut (Bingung? Bagus!
Tandanya gue berhasil wahahahah). Yak, nama desa itu adalah Pemali, inget ya
Pemali, PE-MA-LI, dengan ‘E’ sbg huruf kedua. Lalu disana takdir mempertemukan
gue dengan orang- orang seumuran gue yang masih polos-tak bernoda (mungkin),
yang bercita- cita jadi orang- orang hebat dan berpengaruh di dunia (gilak
banget kan mereka? Mereka siapa coba, berani- beraninya punya cita- cita kaya
gitu?!). Tapi itu dia poin pentingnya guys, itu! Karena itu mereka jadi
istimewa (chibichibiii...hakhakhaaak).
Gue bersama orang-
orang aneh itu kemudian di jebloskan ke dalam sebuah ‘penjara’. Iya, penjara.
Penjara guys, PENJARA! Tapi ga pake jeruji besi sihhh, cuma pager keliling aja,
di tambah serentetan peraturan, koridor rumah sakit yang ternyata adalah tempat
untuk kami berbaris buat dapetin makanan, sama tempet makannya yang dari
stainless terus kebagi jadi beberapa bagian ( biasanya barang kaya gini adanya
di rumah sakit, dan di penjara juga, beneran deh). Kebayang ga lo? Ngga ya?
Sama, gue juga awalnya ga pernah ngebayangin ada tempat yang kaya gitu. Tapi
yaaa gue udah ngalamin sendiri, 3 taun gue bertahan hidup di sana guys, 3 taun!
Dan sekarang gue baik2 aja tuuuh, malah pengen balik lagi rasanya (rasanya
doang sih yaa hahaha :p)
Terus biar agak
kerenan dikit dan biar ga sedih- sedih amat dalam menjalani kehidupan di sana,
kami pun menyebut ‘penjara’ itu dengan sebutan asrama. Nah, sekarang agak enak
kan ngedengernya? :D
Dan di tempat yang
ku sebut asrama ini lah, cerita kehidupan baru ku dimulai~
Gue, Jeli Farida,
asal SMP 1 Koba, namanya tertera di depan pintu sebuah ruangan bernomor 8 –the
lucky number – bersama dengan nama 3
orang lainnya. Pas gue masuk ke dalam ruangan itu bersama emak gue, disana
sudah ada seorang cewek berjilbab –kecil –tidak tinggi –tidak putih –tidak
cantik –dan tidak tipe gue banget (lahh?). Dia lagi ngebenerin singgasananya,
nutupin pake kain panjang berwarna biru. Gue, sebagai penghuni baru yang tau
diri, langsung sok akrab dan ngajakin kenalan. Dia rada sok- sok jaim gitu
deeeh, namanya Disa Natasia Wahyuni Putri ( panjang banget kan namanya, ga
kayak orangnya *ups). Ternyata dia penghuni baru juga sama kayak gue
(yaiyalaaah) katanya dia dari MTs Bahrul Ulum. Terus gue memutuskan untuk
memilih singgasana gue, pilihan gue jatuh pada singgasana di sebelah Disa, tapi
dia bilang itu udah ada penghuninya. Yaahh dengan terpaksa gue memilih
singgasana di atasnya dan membuatnya layak untuk gue huni. Namun setelah
men-check baby check calon singgasana gue itu, ternyata dia ga bagus2 amat dan
gue ngerasa ga akan nyaman di sana. Lalu gue move on ke singgasana di atas Disa,
dan setelah mengamati-mengetahui-dan
mempertimbangkan akhirnya gue memutuskan untuk memilih singgasana tersebut. Ehh
ternyata, bagian terempuk dari singgasana itu rada ga enak, masih enakan punya
singgasana sebelah. Jadi gue putuskan untuk memboyong punya gue dan membawanya
ke sana, lalu tukeran hahahaha :p
Tak lama kemudian
masuklah seorang cewe yang juga berjilbab –putih –lebih tinggi dari Disa, yang
ternyata penghuni singgasana sebelah Disa. Gue sebel banget tuh sama dia gegara
gue keduluan buat nempatin singgasana itu. Eh, kata Disa, justru si cewe itu yang
duluan jadi penghuni tempat itu, pffft. Gue berusaha menerima kenyataan (
lebay!) dan nyamperin tuh cewe buat kenalan ( lagi, karena gue itu tau diri,
guys). Namanya Sitti Aisyah, SMP 3 Tanjung Pandan. Ebuseeeett, dari pulau
sebelah tjoooy! Gue pun membatalkan kesebelan gue yang tadi gegara gue
interested sama dia, secara gue belum pernah punya temen dari daerah itu.
Apalagi pas dengerin dia ngomong sama temennya yang juga satu sekolah,
sahabatan dari kecil, dan ternyata penghuni ruangan sebelah ( ruangan bernomor
pintu 7). Temennya itu perawakannya mirip- mirip lah kaya Sitti, berjilbab
–putih –tidak tinggi tapi juga tidak kecil, namanya Restianti Mutiara. Oke
fine, tinggal satu penghuni lagi yang belom hadir.
Pas lagi asik
beres- beres barang bawaan, ada suara aneh, kayak di stasiun, terminal, atau
apalah tapi bukan di bandara, bandara suaranya bagusan dikit tjoooy :D
Suaranya itu kaya
gini; pertama- tama bunyi “ting...tonggg...ting...tongggg...” terus ada bunyi
kresek2 gitu, terus ada suara orang, ngomong apaan gue gatau deh kaga
kedengeran jelas, apalagi situasi saat itu crowded banget sama penghuni2 yang
lain. Terus ga lama kemudian orang- orang pada ngajakin keluar, tau deh mau
ngapain, masa bodo barang- barang gue belon beres. Lagi, ada yang ngajakin,
tapi kali ini ajakannya jelas makanya gue ninggalin kerjaan gue dan ikut dia,
gue lupa dia bilang apa, tapi kurang lebih seperti ini “ ehm, cewek... keluar
yo, kite di suruh makan kate e.”
makan? Siapa yang ga mau coba, secara gue laper banget. Terus gue keluar bareng Disa & Sitti, dan orang- orang udah rame banget di korido rumah sakit itu dan berbaris panjaaaaaang kebelakang. Gue bingung dan langsung ambil posisi ke barisan paling belakang. Eh terus ada yang nyiapin gitu di depan, kayak ketua kelas, trus ada suara orang ngitung gitu, ternyata barisan sebelah lagi berhitung ke belakang ( fyi, mereka itu senior). Terus barisan gue juga ngitung, abis itu masuk ke ruangan yang mejanya panjaaaaaaang dan ada kursi berhadap- hadapan. Ya, itu ruang makan namanya, guys. Dan waktu itu kita yang cewe- cewe duduknya menghadap arah pintu + senior, yang cowo- cowo menghadap kita cewe- cewe cantik ini. Di atas meja sudah ada makanan berupa nasi, sayur, dan ikan goreng, juga sepasang sendok-garpu. Makanan itu letaknya di bulatan stainless seperti yang gue sebut sebelumnya, ompreng! Oomaigaaat, di sini ga ada piring normal apa? ( pikir gue waktu itu) dan lagi gue harus makan berhadapan sama cowo yang ga gue kenal sama sekali ( gue lupa waktu itu siapa di depan gue).
makan? Siapa yang ga mau coba, secara gue laper banget. Terus gue keluar bareng Disa & Sitti, dan orang- orang udah rame banget di korido rumah sakit itu dan berbaris panjaaaaaang kebelakang. Gue bingung dan langsung ambil posisi ke barisan paling belakang. Eh terus ada yang nyiapin gitu di depan, kayak ketua kelas, trus ada suara orang ngitung gitu, ternyata barisan sebelah lagi berhitung ke belakang ( fyi, mereka itu senior). Terus barisan gue juga ngitung, abis itu masuk ke ruangan yang mejanya panjaaaaaaang dan ada kursi berhadap- hadapan. Ya, itu ruang makan namanya, guys. Dan waktu itu kita yang cewe- cewe duduknya menghadap arah pintu + senior, yang cowo- cowo menghadap kita cewe- cewe cantik ini. Di atas meja sudah ada makanan berupa nasi, sayur, dan ikan goreng, juga sepasang sendok-garpu. Makanan itu letaknya di bulatan stainless seperti yang gue sebut sebelumnya, ompreng! Oomaigaaat, di sini ga ada piring normal apa? ( pikir gue waktu itu) dan lagi gue harus makan berhadapan sama cowo yang ga gue kenal sama sekali ( gue lupa waktu itu siapa di depan gue).
Setelah semuanya
duduk rapi, si ketua kelas tadi itu berdiri di depan, berdua sama temennya. Dia
teriak “ Seluruh siswa, duduk siap, grakkk!” tiba2 ada bunyi gede banget yang
bikin gue kaget dan cengo’. Ternyata itu bunyi sepatu- sepatu senior yang
dihentakkan kenceng banget ke lantai, trus mereka juga langsung duduk tegak
gitu. Gue masih tetep cengo’. Abis itu si ketua kelas melapor sama temennya,
mereka hadap2an di depan situ, gini katanya “ Lapor! Makan siang dengan jumlah
xxx orang siap!”, terus temennya itu jawab “ Laksanakan!”, ketua kelas itu ngomong
lagi “ Siap, laksanakan!”. Abis itu dia ngehadap kita lagi dan ngomong “
Berdoa, mulai!”, beberapa menit kemudian “ Berdoa selesai. Istirahat di tempat,
grakkk!”, bunyi sepatu lagi, halaaah. Ga sampe disitu guys, abis bunyi sepatu
itu mereka teriak kenceng banget “ MAKAN SIAANGGG!!!”. Dalem hati gue,
yaampuuun gini banget siih? Kaya ga pernah makan aja-_-
Sebagai orang yang
sama- sama penghuni baru, apalagi lokasinya adalah ruang makan dan sedang makan
sama- sama, pastinya kita rame banget, ngobrol kiri- kanan, kenalan, teriak
sana- sini, ketawa- ketiwi, ribut banget! Terus ada orang berjaket hitam
berdiri di tengah situ, gue ga tau dia siapa, yang jelas dia ngomel dan marah2
gegara kita ribut. Terus senior yang mejanya depan meja kita nyuruh kita diem.
Belakangan baru gue tau, kalo si jaket hitam itu namanya Subandi, a.k.a Kak
Bandi, pengawas. (Ampun, Kak ^^v)
Belom selesai gue
makan, eh si ketua kelas sama temennya yang tadi maju lagi ke depan, “
Perhatian! Seluruh siswa, duduk siap, grakkk!”, bunyi sepatu lagi, “ Lapor!
Makan siang selesai, laporan selesai!, “ Bubarkan!”, “Siap, bubarkan!”. “
Seluruh siswa, istirahat di tempat, grakkk!”, bunyi sepatu lagi, dan senior-
senior itu berhamburan. Lalu kata seorang senior “ Kelas satu, tetep di tempat,
sebentar. Yang lom sude makan e, lanjutin lah duluk, ade pengarahan sebentar
dari Kak Bandi, dak ape dak, makan lah.”
Lalu, si jaket
hitam yang tadi itu hadir di antara kami. Dia ngomong blablablaaa gue ga inget
lagi, dan ga kedengeran juga waktu itu. Yang gue tau adalah sepasang
sendok-garpu yang kami pake barusan itu boleh kami bawa dan setiap mau makan
sendok-garpu itu harus selalu dibawa, lengkap- ga boleh satu doang, dan itu
yang akan kami pake buat makan selama kami di sana. Yaampuuuun, dia nyuruh gue
miara sendok- garpu, apalagi waktu itu kami ga punya seperangkat alat cuci
piring, huft.
Setelah balik lagi
ke ruangan dengan lucky number itu, gue ngelanjutin kerjaan gue lalu ngobrol2
sama penghuni satu ruangan, Disa & Sitti, plus Resti as a penyusup yang
nempel mulu sama Sitti. Kita waktu itu ngomongin si penghuni terakhir yang tak
kunjung datang,
Gue ( G) : siape agik ge yang lom dateng
ni? Ngape ok die lom dateng?
Disa (D) : ntah ge, tapi ade name e di pintu tu, cube k
tingok
Setelah melihat
nama2 di pintu sambil menghapal nama Sitti & Disa
G : Kurnia Dwi A. name e. Hmm,
semogalah die dak dateng ok, kan lumayan
tempet die tu kek kite pake narok barang. Sude tu pacak kite men nek pindah-
pindah tiduk e jadi dak bosen.
tempet die tu kek kite pake narok barang. Sude tu pacak kite men nek pindah-
pindah tiduk e jadi dak bosen.
S : Iye, benerlah kate kao tuh.
Lumayan tempetnye tu bisak kite manfaatkan untuk
barang. Daripade kite tarok di lantai situk kan, apelagi di atas lemari itu,
manelah banyak bantal pulak, ndak tau neh bantal siape- siape jak. Ngape dak
di buang ajak lah ye? *Sitti dengan bahasa belitungnya yang masih sangat kental
bin original*
barang. Daripade kite tarok di lantai situk kan, apelagi di atas lemari itu,
manelah banyak bantal pulak, ndak tau neh bantal siape- siape jak. Ngape dak
di buang ajak lah ye? *Sitti dengan bahasa belitungnya yang masih sangat kental
bin original*
Jengjengjeeeenggg,
beberapa jam kemudian ada rombongan bapak-2 orang ibu- seorang cewe- dan
seorang anak laki- laki kecil gendut. Mereka memasuki ruangan kami dan permisi
sambil senyam- senyum dan ngobrol dengan emak gue yang kebetulan belom balik.
Ternyata, si penghuni terakhir itu datang juga, lalu kami bertiga plus Resti
dengan kompaknya saling melihat, kecewa. Kami pun memasang senyum palsu dengan
senyam- senyum pada orang tuanya dan memandang sinis padanya yang menggagalkan
rencana sekaligus persamaan misi perdana kami. Dia cuma senyam- senyum sendiri,
bukannya memperkenalkan diri eh malah emaknya yang ngenalin dia ke kami, makin
bikin gue geram. Kata gue dalem hati “ Weeeew, sok imut ge die ni. Lah
menggagalkan rencana, senyam-senyum bai dari tadi, dak ngomong apelah, pelit ge
kek suare, dak tau diri abenlah. Cube tau diri kayak ku ni, langsung pedekate
biar tenang idup disini”. Gue pun makin kesal setelah melihat kalo ternyata dia
ini mirip musuh gue ( saingan yang belum terkalahkan tepatnya, bahkan sampai
sekarang. Parahnya, kami kuliah di jurusan yang sama, beda kampus. Kampusnya
dia sekarang itu adalah kampus impian gue, ya sebatas impian, hiks makin kalah
deh gue). Terus pas gue liat ranselnya, ada bordiran “ Lomba Pidato Bahasa
Inggris blaablabla” kalo ga salah. Seketika itu juga gue langsung ngeliat dia
tajem banget, dari rambut sampe kaki, lalu seakan- akan nge-stampel jidatnya
dengan tulisan “ SAINGAN BARU!”. Pokoknya gue kesel banget lah waktu itu,
kayanya hidup gue kok ga jauh- jauh dari orang kaya gitu ya :”””(
Beberapa jam
kemudian, orang2 yang nganterin dia tadi gantian pamit, tertama emaknya.
Emaknya nitipin dia ke kami dan ngebeberin ( hampir) semua kekurangannya, dan
di jawab dengan senang hati sama emak gue “ Same lah, Bu. Anak ku ni ge macem
tu lah, pe same bai lah orang ni ku tingok rate- rate. Emang tenga masa- masa e
macem tu kalok e. Biarlah, sekarang kan orang ni lah idup sendiri, pacak lah
kelak orang ni same- same belajar idup mandiri, dak usah khawatir dak.” Gue
langsung manyun waktu emak gue ngelirik gue sambil senyum2. Setelah emak gue
juga pamit pulang, barulah kami ngobrol dengan si penghuni terakhir itu dan
membocorkan rencana kami tadi lalu ngakak bareng hahaha tapi dia masih aja
senyam- senyum -____-
Itulah awal cerita
pertemuan kami yang kemudian menamai kamar kami yang lucky number itu ( dan
ternyata emang lucky banget, krn hanya kamar kami yang punya cermin gede, masih
mulus, ga pake pecah apalagi repis pinggirannya).
It have been five
years ago, guys. Lima tahun! Itu bukan waktu yang singkat, hanya saja berlalu
begitu cepat ( kayak balesan mention ke temen gue di twitter dan dia bilang gue
tiba2 berubah jadi pujangga hahaha. Andai dia tau apa penyebab dari
ke-pujanggaan mendadak gue ini)
Lalu sekarang,
(anggap masih tanggal) 12 Juli 2013, kami sudah melarikan diri dari tempat itu,
guys.
Disa Natasia
Wahyuni Putri, putri sulungnya Pak Baderun dan Ibu Jarma *kalo ga salah* , yang
punya banyak sekali nama panggilan semenjak jadi penghuni “penjara” itu: Disa
eNWePe, Disa Natasia WePe ( Wanita Perkasa), Dicoet, Dicot, Dicut, Icut
markicut-tekicut-kicut. Sekarang dia sedang menempuh pendidikannya di
Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (
FMIPA), Jurusan Pendidikan Biologi, memasuki semester 5, tahun ke- 3
Kurnia Dwi Aprilia,
putri Pak Subekti ( sama banget namanya dengan nama seorang senior kami ) dan
Ibu Elis ( kali ini namanya sama dengan teman seangkatan kami hahaha), sama
nasibnya dengan Disa, punya banyak nama. Jika dilihat sekilas, bila disingkat
namanya itu menjadi sebuah kata, yaitu KUDA! Ya, dia sempat ngetop dengan
panggilan itu. Nama lainnya, yaitu Nia, Niut, Ninyut, Ninyoet, Nyotnyooot,Niyul,
Ninyul ( seinget gue sih cuma itu. Ah iya, gue beruntung banget ga jadi
menempati singgasana orang ini, karena ada kejadian lucu bin miris di sana.
Suatu hari sepulang sekolah, tanpa curiga kami langsung masuk kamar seperti
biasa dan melipir ke singgasana masing- masing. Agak heran dengan bantal-
bantal dari atas lemari yang berserakan di lantai, namun mungkin karena lelah
jadi tidak ambil pusing. Positive thingking, “ Hmm, mungkin karena emang
bahannya licin, bantal2 itu jadi jatoh waktu kami lagi di sekolah”. Sampai akhirnya
seorang tetangga sebelah, Detya Pertiwi asal SMP 1 Pangkal Pinang (nama
panggilan Tya, Det, DePe, Dedet, Dodot *uhuuuk*) masuk kamar kami, dan manjat
diantara singgasana Ninyul dan Sittonk sambil goyang- goyang kaki dan ngaca.
Terus dia ngeliat ke arah tempat tidur Ninyul dan membisu-mengamati-melihat
lebih dekat- dan teriak “ Waaaa cobe lieeet, di tempat tiduk Ninyut ade telok
ayaaaam. Astriiiiii kesini cepetlaaah liet niiiii...”
Gue yang lagi
nyantai pun langsung beranjak dan ngeliat ke arah mata Dedet memandang, dan
memang iya, ada sesuatu di sana. Lalu, Detya tak sengaja menoleh ke tumpukan
bantal di atas lemari, dan teriak lagi “ Waaaaa ade ayam di atas lemari ikaaaak
hahahahha”. Si ayam yang merasa namanya di sebut pun langsung tau diri dan keluar
dari tepat persembunyiannya, terbang ke sana- ke mari, bikin heboh. Entah siapa
yang kemudian menjadi pahlawan mengeluarkan ayam itu dari kamar gue, gue
langsung ngecek jejak- jejak ayam itu di singgasana gue. Bersih, fiuuuhhh
untunglaaaaah, lalu ngakak sejadi- jadinya saat si pemilik tempat perteluran
itu datang. Dia memandangi bantalnya dengan ekspresi yang sangat menyedihkan
namun layak untuk ditertawakan :D
Setelah kejadian
itu, kami langsung memasang tulisan di jendela kamar agar ibu yang membersihkan
asrama tidak membuka jendela, takut ayam itu numpang bertelur lagi. Dan bantal-
bantal itu pun segera kami bereskan ke gudang di GSG atas persetujuan Kak Bandi
yang senyum kecut mendengar laporan kami tentang si ayam itu :3
Sekarang, si Ninyut
ini sedang mengenyam pendidikan strata 1 di Universitas Padjajaran, Fakultas
Pertanian *kalo ga salah*, Jurusan Agroteknologi, memasuki semester 5, tahun
ke- 3.
Next, Sitti Aisyah,
alias TuTi ( Tukang Tidur), Tembem, Pipi Bakpau, Situt, Sittonk, putri bungsu
Pak Musa ( apa Pak Ishak ya? Maap ti, lupa._.), melanjutkan studinya di
Universitas Padahal IKIP, Bandung. Ehm, maaf, maksud saya Universitas Penidikan
Indonesia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ( FPMIPA),
Jurusan Pendidikan Fisika, memasuki semester 5, tahun ke- 3.
Last but not least,
si cantik- membahana- badai- halilintar- petir- menggelegar – dan paling seksi,
Jeli Farida, alias Jefa, Jefu, Jelly Fish, Aurelia Aurita (nama latin u/ ubur2
alias jelly fish), Jeloy, Jejong, Jejod, Jhe, Jeje. Gue sendiri, setelah
melalui lika- liku hidup yang panjang, akhirnya melanjutkan pendidikan gue ke
Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Ilmu Pendidikan ( FIP), Jurusan Psikologi,
memasuki semester 3, tahun ke- 2.
Panjang ya
ceritanya, padahal ini baru hari pertama masuk asrama loooh, belum kesebut
KASTIL unyu- unyu yang lain. Iya memang, mereka ini terlalu banyak mengukir
cerita di hidup gue :’)
Nanti ya, TIL, gue
lanjutin di post selanjutnya. Gue usahain tanggal 20 Agustus nanti ;)
Eh, iya. Ga ada
yang nanya nih KASTIL itu apa? Hahahhaa
Nanti aja yaaa,
pada saatnya wkwkwk :p
Sekarang gue mau
istirahat dulu cyn, abisan disini ujan, jadi dingin2 gimana gituu deh enak
banget buat melipir ke singgasana baru gue ngahahah. Lagi pula gue harus bangun
pagi banget besok, memburu si burung terbang yang bakal membawa gue ke rumah
emak gue ( ga nyampe depan rumah juga siih sebenernya) xD
Okay, keep staring
my posts, dear fans :p
Langganan:
Postingan (Atom)