Kebutuhan Manusia Akan Pendidikan
● Definisi Pendidikan
Menurut saya, pendidikan adalah sesuatu yang wajib dan pasti didapatkan
oleh setiap manusia dari siapa saja/ apa saja yang ditemuinya. Mengapa
demikian? Karena bagi saya pendidikan itu tidak harus didapatkan di bangku
sekolah dengan seragam lengkap atau di bangku kuliah. Pendidikan juga tidak
harus bersifat formal, tetapi juga informal. Setelah dilahirkan ke dunia, maka
orang tua ( dan anggota keluarga lain) adalah orang- orang yang sangat berperan
dalam memberikan pendidikan pertama kali bagi si bayi, baik itu pendidikan
dalam bidang akademis, moral, maupun spiritual, sehingga orang- orang ini lah
yang sedikit-banyak menentukan akan menjadi manusia seperti apa anak itu
nantinya. Memasuki usia SD-SMA pendidikan (tambahan) yang diterima oleh
seseorang didapatkan dari guru- guru di sekolah, atau saat kuliah dari dosen-
dosen di perguruan tinggi. Namun, itu hanyalah pendidikan formal saja.
Pendidikan informal akan didapatkan saat berada di luar lingkungan itu, yaitu
saat kita memasuki dinamika hidup dan kehidupan, dan menurut saya pendidik yang
paling super duper canggih dan tak tergantikan sepanjang masa diantara para
pendidik yang memiliki sederetan gelar akademik adalah proses kehidupan itu
sendiri. Setiap manusia pasti mengalami sesuatu dan lain hal dalam perjalanan
hidupnya. Dari berbagai macam kejadian dan pengalaman hidup itu, pastilah pula
ditemukan adanya trial and error.
Nah, sudah selayaknya manusia ( yang tentunya sudah mendapatkan bekal
pendidikan sebelumnya) dapat berpikir dan mengambil pelajaran atas setiap error yang terjadi selama proses trial itu agar dikemudian hari error yang terjadi dapat dihindari.
Pendidikan juga menurut saya tidak selalu bersifat positif, tetapi bisa
jadi bersifat negatif. Namun itu semua tergantung manusia- manusia yang memberi
dan menerimanya, juga cara penyampaiannya. Pendidikan yang negatif misalnya
seperti orang tua yang sering bertengkar di depan anaknya, atau seorang ayah
yang sering memukuli isteri dan anak- anaknya. Secara tidak langsung, seorang
anak yang menyaksikannya akan berpikiran bahwa ternyata bertengkar di depan
orang lain bahkan di hadapan anak- anak adalah hal yang biasa saja dan wajar
dilakukan, atau sebagai kepala keluarga ternyata memukuli isteri dan anak
adalah hal yang sah- sah saja dilakukan. Sehingga kemungkinan besar hal- hal
seperti itu akan tertanam dalam dirinya dan dia akan mengingatnya sampai dewasa
bahkan mungkin akan melakukan hal yang sama saat sudah berumah tangga.
Pendidikan juga tidak mengenal yang namanya faktor usia; tua–muda,
anak-anak –dewasa, atau istilah belum cukup umur –kadaluarsa. Begitu juga
dengan sistem gender; laki-laki –perempuan, dan mungkin sistem kasta antara si
kaya dan si miskin, si anak komplek dengan si anak kampung. Semua orang (
berapapun usianya, apapun status sosialnya, dan apapun jenis kelaminnya) berhak
mendapatkan pendidikan, tidak ada yang bisa menghalang-halangi dan membatasinya.
Tujuan dari pendidikan ini sendiri adalah tidak sekedar untuk membimbing dan
mengarahkan potensi dan bakat yang ada dalam diri setiap manusia untuk
berkembang, tetapi juga untuk menanamkan dan merekomendasikan nilai- nilai (
dalam hal ini tentu nilai- nilai kebaikan yang kita harapkan).
● Pendidikan sebagai Kebutuhan Dasar Manusia
Pada kenyataannya
memang benar bahwa pendidikan adalah
salah satu kebutuhan manusia. Seperti
istilah yang sering kita dengarkan, pendidikan untuk memanusiakan manusia. Manusia
dalam kenyataan hidupnya menunjukkan bahwa ia membutuhkan suatu proses belajar yang memungkinkan dirinya untuk menyatakan
eksistensinya secara utuh dan seimbang. Manusia tidak
dirancang untuk dapat hidup secara langsung tanpa proses belajar terlebih
dahulu untuk memahami jati dirinya dan menjadi dirinya. Dalam proses belajar itu seseorang saling tergantung dengan orang
lain. Proses belajar dimulai dengan orang terdekatnya. yang selanjutnya proses
belajar itulah yang menjadi dasar dari pendidikan. Seiring dengan perkembangan
pikiran anak manusia, semakin berkembang pulalah sikapnya terhadap keluarga dan
lingkungan. Orang tua sangat berperan mengarahkan anak ini menuju kesempurnaan
pada tiap tahap kehidupannya, dan juga sangat dominan meningkatkan hidup sang
anak dari cara yang alamiah menjadi berbudaya.
Pendidikan dan budaya ada bersama dan
saling memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang
itu. Dan semakin tinggi kebudayaannya maka semakin tinggi pula tingkat /taraf pendidikan
atau cara mendidik orang tersebut.
Mendidik berarti meningkatkan mutu
jasmani dan rohani seseorang menuju kondisi yang lebih baik menuju kesempurnaan.
Disamping itu mendidik juga sekaligus berarti mempertahankan kebudayaan yang
telah ada. Berbicara mengenai mempertahankan kebudayaan ini menyangkut
memelihara kelanjutan hidup manusia.
Dalam kehidupan
modern seperti sekarang ini, produk pendidikan sering hanya diukur dari
perubahan eksternal yaitu kemajuan fisik dan material yang dapat
meningkatkan pemuasan kebutuhan manusia. Masalahanya adalah bahwa manusia
dalam memenuhi kebutuhan sering bersifat tidak terbatas, bersifat subyektif
yang justru seringkali dapat menghancurkan harkat kemanusiaan yang paling dalam
yaitu kehidupan rohaninya.
Produk pendidikan
menghasilkan manusia yang cerdas dan terampil untuk melakukan pekerjaannya,
tetapi kemudian manusia itu tidak memiliki kepedulian dan perasaan terhadap
sesama manusia. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan justru menjadi instrumen
kekuasaan dan kesombongan untuk memperdaya orang lain, kecerdikannya digunakan
untuk menipu dan menindas orang lain, produk pendidikan berubah menghasilkan
manusia yang serakah dan egois.
● Pentingnya Pendidikan untuk Kemajuan Masyarakat
Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang memberi sumbangan kepada semua bidang
pertumbuhan individu, seperti dalam pertumbuhan jasmani dan segi struktural dan
fungsional. Pendidikan yang baik juga membantunya manusia menumbuhkan
kesediaan, bakat-bakat, keterampilan dan kekuatan jasmaninya, begitu juga
memperoleh pengetahuan.
Diantara segi-segi
pertumbuhan dan persiapan yang mungkin disumbangkan oleh pendidikan kepada
individu adalah membuka pribadi/ dirinya dan mengembangkan berbagai segi
potensinya kearah yang diinginkan oleh masyarakat, memperkenalkan kepadanya
akan hak-hak yang diberi kepadanya oleh Tuhan sebagai individu di dalam suatu
masyarakat, begitu juga kewajiban-kewajiban, tanggung jawab dan kewajiban-
kewajiban sebagai akibat dari hak-hak ini.
Kita tidak
meragukan bahwa nasib orang yang tidak mendapat pendidikan yang baik dalam hal
pertumbuhan dan persiapan ini jauh lebih sedikit dari pada orang-orang yang
menerima pendidikan yang baik. Kalau kita berkali-kali menekankan pendidikan
yang baik maka itu berarti bahwa pendidikan yang dapat membawa kepada
pertumbuhan individu dan masyarakat yang menyeluruh adalah pendidikan yang baik.
Ukuran baik di sini berbeda dari budaya kebudayaan dari masyarakat ke
masyarakat lainnya, tetapi ada ukuran-ukuran yang disepakati oleh semua.
Diantaranya adalah bahwa pendidikan itu harus mempunyai tujuan-tujuan tertentu
dan jelas, dan bahwa hubungan-hubungan antara tujuan, rencana, kurikulum dan
program-program pengajaran dengan tujuan-tujuan, kebutuhan masyarakat,
kebutuhan individu di masyarakat itu dan budaya serta nilai-nilai masyarakat
jelas. Begitu juga gerakan perbaikan dan pengembangan masyarakat kearah yang
lebih baik haruslah didasarkan atas pninsip-prinsip ilimiah yang telah dikaji
dengan matang dan secara terus menerus.
Kita harus
sadar bahwa pendidikan yang baik adalah baik tujuan-tujuannya, baik
kebijaksanaannya, baik guru-gurunya dan bangunan-bangunan serta sarananya.
Masyarakat yang berusaha mencapai pendidikan yang baik harus terus menerus
memperbaiki segi-segi ini semua berdasar pada ajaran-ajaran, nilai-nilai
agamanya, ciri-ciri budayanya yang istimewa dan kebutuhan-kebutuhan dan tuntunan-tuntunan
pertumbuhan yang menyeluruh dan juga berdasarkan pada hasil-hasil penelitian
ilmiah yang benar dan eksperimen-eksperimen yang wajar dan berhasil.
Keterlibatan
manusia dalam pendidikan harus dapat diarahkan untuk peningkatan budi pekerti
dan akhlak. Jika tidak maka belum dapat dikatakan bahwa manusia berhasil
menamai dirinya sebagai manusia sejati.
- Jadi teringat akan tulisan di bawah nama tampilan akun jejaring sosial seorang teman (lagi-lagi jarsos,ckck) yang dikenal dengan sebutan bio, begini katanya:
“ Pendidikan untuk peradaban”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar